Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan menunjukan upayanya yang tidak pernah putus dalam
menciptakan akses serta peningkatan mutu pendidikan yang relevan dan menjangkau
seluruh masyarakat Indonesia. Sabtu (10/12/2011), bertempat di Jatim Expo
Surabaya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (M. Nuh) meluncurkan Program Sarjana
Pendidikan Mengajar di Daerah 3T. Dalam acara peluncuran yang bersamaan dengan
acara pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang digagas oleh Pusat Informasi
dan Humas Kemdikbud ini, tampak hadir Sekda Jatim (Rosio), Sekjen Kemdikbud (Ainun
Naim), Dirjen Pendidikan Tinggi (Djoko Santoso), Dirjen Dikdas (Suyanto),
Rektor Unesa (Muchlas Samani), serta para eselon 1 dan 2 di lingkungan
Kemdikbud.
Program
SM3T merupakan salah satu bagian dari payung besar Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia yang diampu Dirjen
Dikti dan pelaksanaannya di bawah Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Dalam laporannya, Djoko menjelaskan bahwa Program Maju Bersama Mencerdaskan
Indonesia memiliki empat program pendukung yaitu Rintisan Program Pendidikan Profesi
Guru Terintegrasi dengan Kewenangan tambahan Berasrama (Program PPGT) yang
bertujuan untuk melahirkan calon guru yang memiliki keunggulan dalam kompetensi
sebagai guru profesional dengan kewenangan tambahan. "Rintisan program ini
diawali dengan sasaran peserta dari daerah 3T pada Provinsi Aceh, NTT, Sulawesi
Utara dan Papua. Saat ini mereka tengah menjalani studi tahun pertama di
berbagai LPTK di tanah air", ucap Djoko.
Kemudian
Program SM3T, sebenarnya program ini adalah Program Pendidikan Profesi Guru
bagi sarjana pendidikan yang diawali dengan pengabdian selama 1 tahun penuh di
daerah terkategori 3T. Djoko mengungkapkan, setelah para peserta program SM3T
ini selesai menunaikan tugas mendidiknya di daerah yang ditentukan, maka mereka
berhak untuk mengikuti program PPG berbeasiswa di 12 LPTK (UNIMED, UNP, UNJ,
UPI, UNNES, UNY, UNESA, UM, UNM, UNDHIKSA, UNIMA, dan UG).
Pada
tahun pertama pelaksanaannya, Program SM3T diikuti oleh tidak kurang dari 2600
peserta berlatar belakang Sarjana Pendidikan, "Program ini awalnya
diperuntukan bagi 3500 orang peserta, namun yang terseleksi dan siap untuk
diberangkatkan oleh 12 LPTK berjumlah lebih 2600 orang peserta. Khusus untuk
peserta SM3T baru saja dilakukan Program Prakondisi, yaitu prakondisi akademik
untuk kesiapan melaksanakan tugas kependidikan dan pembelajaran dan prakondisi
nonakademik, agar mereka siap melaksanakan tugas di daerah 3T, seperti tangguh
dan memilki jiwa ketahanmalangan, serta keterampilan sosial dan kemampuan
pemberdayaan masyarakat", ujarnya.
Ketiga
adalah Program PPGT SMK Kolaboratif
berbeasiswa. Program ini bertujuan untuk menyiapkan guru SMK profesional yang
dilaksanakan dengan kerjasama antara LPTK bersama institusi pendidikan
kejuruan/vokasi yang tidak dimilki oleh LPTK, "Sebagai contoh LPTK bekerjasama dengan Politeknik Pertanian
untuk menghasilkan guru SMK Pertanian".
Terakhir
adalah Program Pendidikan S1 dengan Kewenangan Tambahan (S1-KKT) berbeasiswa.
Program ini menurut Djoko adalah penyiapan Sarjana Pendidikan yang memiliki
kewenangan tambahan dan diharapkan dapat mengatasi kekurangan guru pada daerah
tertentu kelak. Pada tahun 2011, program ini diperuntukan untuk tidak kurang
dari 2500 orang mahasiswa.
Sementara
itu, M. Nuh mengatakan bahwasanya Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia,
khususnya Program SM3T merupakan bagian dari solusi dalam menjawab tantangan
dunia pendidikan di Indonesia. Menurut Nuh, dengan adanya program SM3T,
distribusi guru di daerah 3T perlahan dapat ditanggulangi. "Sebenarnya
Indonesia tidak pernah kekurangan guru, jumlah guru kita cukup, tetapi dari
sisi pendistribusian kita masih kurang", ungkap Nuh.
Nuh
tampak optimis terhadap para peserta program SM3T. Dirinya melihat kesungguhan
para peserta dalam mengikuti program tersebut. "Adik-adik kita ini
mengatakan pada saya alasan mereka. Bagi mereka ini adalah panggilan hati untuk
mengisi kemerdekaan. Mereka berharap dengan kehadirannya, maka di negeri ini
tidak ada lagi rakyat Indonesia yang tidak memiliki kesempatan akses
belajar".
Sebelumnya
Nuh menegaskan bahwa Kemdikbud tidak sekedar mengirim peserta Program SM3T
tanpa bekal akademis yang cukup. "Mereka adalah anak yang istimewa, IPK
mereka di atas 3,5. Bila di bawah itu tidak dapat mengikuti program SM3T",
ujar Nuh sembari mengatakan bahwa Kemdikbud juga menyiapkan masa persiapan yang
mumpuni.
Sementara
itu keterlibatan Pemerintah Kabupaten dimulai sejak para peserta sampai pada
daerah tujuan. "Pemerintah Kabupaten akan memfasilitasi pengantaran
peserta ke sekolah mereka masing-masing. Selain itu, Pemerintah Kabupaten pun
akan menyiapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi peserta, karena peserta tidak
tinggal sehari dua hari tetapi setahun".
Mengenai
penggajiannya sendiri, Nuh mengatakan bahwa beban gaji tersebut menjadi
tanggungan Pemerintah Pusat. "Yang mendanai penggajian itu Pemerintah
Pusat dan langsung dikirim ke rekening masing-masing, mungkin jumlahnya 2 juta
perbulan, tetapi bukanlah gaji yang mereka cari, melainkan panggilan hati. Walaupun begitu, kami pasti
tetap melengkapi mereka dengan kehidupan yang layak", sahut Nuh.
Pada
akhir sambutannya, Nuh menghimbau agar apa yang dilaksanakan para peserta Program
SM3T dapat menginspirasi para penggiat pendidikan mulai dari peserta didik,
guru, tenaga kependidikan, dosen, rektor, hingga para pengampu pendidikan di
negeri ini. "Kalau adik-adik kita ini siap untuk berbagi, menginspirasi
dan mengajar di pelosok, masa kita tidak terinspirasi untuk ikut serta dalam
berbagi dan memberikan dedikasi kita", tutup Nuh.
Sumber:
http://m.dikti.go.id/